Senin, 17 Desember 2018

ekonomi internasional

www.ekonomiinternasional.perpindahanfaktorproduksiantarnegara.com




PERPINDAHAN FAKTOR PRODUKSI ANTAR NEGARA
KELOMPOK 8






OLEH :
1.      NI KADEK MEGA SUNTARI                                      (1732121343)
2.      NI PUTU VIRA DARMA YANTI                                 (1732121371)
3.      A.A SAGUNG INTAN ARYANINGRAT                    (1732121375)
4.      NI PUTU ANGGI KUSUMADEWI                              (1732121429)
5.      GUSTI PUTU AYU MEGA SARI                                 (1732121382)



UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI
2017/2018




PERPINDAHAN FAKTOR PRODUKSI ANTAR NEGARA
Perpindahan Faktor Produksi antar 2 Negara Teori perdagangan klasik menganggap bahwa faktor produksi tidak secara bebas pindah dari satu negara ke negara lain. Meskipun anggapan ini ditiadakan maka prinsip teori perdagangan klasik itu masih tetap berlaku. Namun apabila analisa perdagangan itu dilakukan dengan memperhatikan waktu (dinamis) maka akan terpengaruh adanya perpindahan faktor produksi. Faktor produksi akan pindah dari tempat yang harganya murah ke tempat yang harganya lebih mahal, dan akhirnya harga faktor produksi akan cenderung sama di berbagai tempat. Perpindahan faktor produksi ini dapat dianggap sebagai pengganti perdagangan barang.
Misalnya, satu negara yang tidak memiliki faktor produksi tenaga kerja yang banyak dapat mendatangkan (mengimpor) tenaga kerja atau mengimpor barang yang padat tenaga kerja dari negara yang banyak memiliki tenaga kerja, tentu saja kedua pilihan ini akan membawa implikasi ekonomi yang berbeda bagi negara penerima dan pemberi. Migrasi faktor tenaga kerja antarnegara tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja, tetapi juga oleh faktor non ekonomi seperti misalnya agama, ras dan politik. Untuk faktor ekonomi biasanya migrasi didasarkan pada perhitungan pendapatan dan biaya. Harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi atau standar hidup yang lebih baik merupakan tujuan pindah ke tempat/negara lain.
Apabila analisis perdagangan dilakukan dengan memperhatikan waktu, maka akan terpengaruh adanya  perpindahan faktor produksi. Faktor produksi akan pindah dari tempat yang harganya murah ke tempat yang harganya mahal dan akhirnya harga faktor produksi akan cenderung sama di berbagai tempat. Perpindahan produksi dapat dianggap sebagai pengganti perdagangan barang.
1.      Tenaga Kerja
Implikasi ekonomi perpindahan tenaga kerja dari satu negara ke negara lain dapat di jelaskan dengan gamber berikut :
           

Misalkan ada 2 negara yaitu negara 1 dan negara 2 MVP1 adalah marginal value prodact negara 1 (nilai pertambahan marjinal produksi) MVP2 adalah marginal value product negara 2, ON2 adalah jumlah tenaga kerja negara 1 dan O’N2 adalah jumlah tenaga kerja negara 2. Output  total negara 1 adalah OADN2 output total negara 2 adalah O’BEN2 tingkat upah negara 1 adalah OW3 tingkat upah negara 2 adalah O’W2.
Ket:
Apabila tenaga kerja dapat bebas pindah dan biaya pindah relatif rendah, maka akan terjadi perpindahan dari Negara 1 ke Negara 2 sampai tingkat upah sama yaitu ow1 dengan jumlah labor yang pindah sebesar N1N2 Output Total di Negara 1 turun dari  OADN2 menjadi OACN1 Output Total di Negara 2 naik dari O'BEN2 menjadi O'BCN1
Kenaikan produksi negara2 lebih besar daripada turunnya produksi Negara 1 yaitu sebesar CED. Tingkat upah untuk tenaga kerja yang tetap tinggal di Negara 1 naik menjadi OW1, sedangkan tenaga kerja yang tetap tinggal di Negara 2 upahnya turun menjadi O'W1. Disamping itu perpindahan tenaga kerja mempunyai efek terhadap distribusi pendapatan dari pemilik modal dan tanah kepada ketenagakerjaan di Negara 1 dan sebaliknya terjadi redistribusi di Negara 2.
Di Negara 1 output sebesar OADN2, dimana OW3DN2 untuk tenaga kerja dan sisanya W3AD untuk faktor produksi lain (modal dan tanah)Setelah terjadi perpindahan tenaga kerja, output total kedua negara sebesar OACN, dimana OW1CN1 untuk tenaga kerja dan sisanya W1AC untuk faktor produksi lainnya.
Bagian yang diterima oleh tenaga kerja meningkat. Di Negara 2 pada output total O'BEN2 bagian tenaga kerja dan faktor produksi lain sebesar O'W2EN2 dan W2BE. Setelah terjadi perpindahan tenaga kerja dari Negara 1, bagian yang diterima oleh tenaga kerja dan faktor produksi berubah masing-masing menjadi O'W1CN1 dan W1BC. Sebagai hasil migrasi, di Negara 1 tenaga kerja semakin berkurang dan di Negara 2 tenaga kerja semakin bertambah sehingga bagian yang diterima oleh faktor produksi yang semakin berkurang (di Negara 1) meningkat.

2.      Modal
Seperti halnya tenaga kerja, modal merupakan sumber pertumbuhan ekonomi suatu negara, baik modal yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Namun bedanya, modal relatif lebih mudah pindah dari satu negara ke negara lain dengan tujuan memperoleh pendapatan. Tentu saja perpindahan ini harus didukung adanya kebijaksanaan pemerintah yang tidak melarang arus modal masuk dan keluar.
Untuk negara penerima pinjaman luar negeri atau investasi dari luar negeri dapat mendorong pertumbuhan. Modal asing sangat perlu manakala negara belum bisa membuat barang modal itu sendiri atau kalau dibuat sendiri biayanya mahal. Meskipun barang modal itu harus di impor tidak berarti hanya bisa dibiayai dengan pinjaman luar negeri saja, tetapi juga dapat dibiayai dari sumber dalam negeri yang diarahkan untuk memproduksi ekspor yang dengan devisa yang diperoleh dapat dipakai untuk membiayai impor barang modal.
Penentuan besarnya pinjman luar negeri yang harus diambil untuk pinjaman luar negeri negara peminjam harus membayar biaya bunga. Apabila pinjaman luar negeri ini dapat mendorong pertumbuhan, kontribusinya melebihi biaya, maka secara ekonomis tidak menimbulkan masalah.
Misalkan tenaga kerja, teknologi dan faktor produksi lain tidak berubah maka berdasarkan hukum hasil pertambahan produksi yang menurun (deminishing return) tambahan modal akan mengakibatkan tambahan hasil yang semakin menurun. Dalam keadaan demikian dikatakan bahwa daya absorpsi yang berkaitan dengan modal luar negeri terbatas. Gambar berikut ini menjelaskan Daya absorpsi modal.





                                                                                   
Kurva  AM adalah nilai produk marjinal (marjinal velue prodact). Misalnya OH adalah jumlah modal yang dimiliki maka output total adalah daerah OACH, dimana BAC menunjukan upah riil yang dibayarkan kepada factor produksi lainnya dan OBCH menunjukan penerimaan modal yang di investasikan dengan pendapatan (yield) sebesar OB.
Misalnya Negara itu mengadakan pinjaman luar negeri sehingga modal total menjadi OJ. Output total naik menjadi OAGJ, dengan kenaikan sebesar HCGJ dan pendapatan factor produksi (return) naik dan DBCG menjadi DAG. Dari jumlah modal sebesar OJ, yang dimiliki oleh Negara itu hanya OH, sehingga penghasilan nya turun dari OBCH menjadi ODEH.Sisanya yang sebesar HEGJ dibayarkan kepada pemilik modal luar negeri.
Pendapatan pemilik modal dalam negeri turun sebesar DBCE dan pindah kepada pemilik factor produksi lainnya yang produktivitasnya naik. Output total naik dengan HCGJ, dimana yang sebesar ECG untuk factor produksi non modal dan sisanya sebesar HEGJ dibayarkan kepada pemilik modal luar negeri pada pendapatan sebesar OD. Dalam kondisi nilai produk marjial yang menurun pinjaman luar negeri cenderung menyebabkan terjadinya redistribusi pendapatan dari pemilik modal kepada pemilik factor produksi lainnya di negara yang mengimpor modal.Tentu saja hal ini akan terjadi apa bila kita anggap kurva nilai produk marjinal stabil (tidak bergeser)
Apabila pemilik modal luar negeri menghendaki pendapatan sebesar OD, maka absorpsi total untuk pinjaman luar negeri Negara itu sebesar HJ. Jika kurva nilai produk marjinal produk turun, misalnya menjadi CM’ maka absorpsi modal negara turun menjadi HL penambahan modal melebihi OH apabila tidak produktif dan dengan demikian pendapatan nol, maka daya absorpsi modal negara itu juga akan nol. Dalam kaitan dengan ini, apabila kita bicara daya absorpsi modal maka yang perlu diperhatikan adalah lereng kurva nilai produk marjinal diatas modal yang sudah tersedia di dalam negeri (sebelah kanan C)

Perpindahan Modal Antar dua Negara
Dalam subbab ini akan dijelaskan implikasi ekonomi tranfer modal antar dua negara, yakni negara I (maju) dan II (negara berkembang) seperti gambar berikut:




 










Modal keseluruhan yang dimiliki oleh kedua negara adalah OO, di mana negara I (maju) memiliki sebanyak OC dan negara II (berkenbang) sebanyak O’C. Kurva nilai produk marjinal masing-masing adalah MVPI dan MVPII. Dalam keadaan persaingan, persaingan faktor produksi (retum) akan sama dengan nilai produk marjinal.
Sebelum adanya transfer modal, negara I akan menanamkan modal seluruhnya (OC) di dalam negeri dengan pendapatan sebesar OK.
Output total OXGC di mana OKGC diterima oleh pemilik modal dan KXG untuk faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja). Sama halnya di negara II semua modalnya (O’C) ditanam di dalam negeri dengan pendapatan sebesar O’J, output total O’YIC dimana O’JIC diterima oleh pemilik modal dan sisanya (JYI) diterima oleh pemilik faktor produksi lainnya.
Dengan adanya tranfer modal dari negara I ke negara II, maka negara I akan menanamkan sebanyak OD di dalam negeri dan DC ditranfer ke negara II dengan pendapatan sebesar OE. Output total negara I sebesar OXFD masih harus ditambah dengan yang harus diperoleh dari negara II sebesar DFHC sehingga diperoleh pendapatan nasional sebesar OXFHC. Dengan transfer modal ini pendapatan negara I naik sebesar FHG (yakni OXFHC – OXGC = FHG), sehingga negara pemberi pinjaman (negara I) memperoleh keuntungan. Pendapatan untuk faktor produksi nonmodal turun dari KXG menjadi EXF dan pendapatan modal naik dari OKGC menjadi OEHC.
Untuk negara penerima pinjaman (negara II) masuknya modal sebesar CD menyebabkan pendapatan menurun dari O’J menjadi O’L. Output naik dari O’YIC menjadi O’YFD atau sejumlah CIFD (yakni O’YFD – O’YIC = CIFD). Dari kenaikan ini sejumlah CGFD dibayarkan kepada pemilik modal negara I sehingga keuntungan yang berupa kenaikan pendapatan negara II adalah HIF (yakni CIFD – CHFD = HIF). Pendapatan untuk pemilik modal dalam negeri turun dari O’JIC menjadi O’LHC, sedang pendapatan pemilik faktor produksi nonmodal naik dari JYI menjadi LYF.
Secara keseluruhan (negara I dan II) produksi total mengalami kenaikan dari OXGC + O’YIC menjadi OXFD + O’YFD atau nilai produk marjinal maka akan makin besar keuntungan yang diterima melalui pinjaman luar negeri.






      
Kesimpulan
Dari uraian di atas nampak bahwa ekonomi dunia akan memperoleh keuntungan dengan adanya transfer faktor produksi (tenaga kerja dan modal) yang ini mirip dengan keuntungan yang timbul karena perdagangan internasional (barang) seperti yang dikemukakan oleh teori Klasik. Satu negara yang tidak memiliki faktor produksi tenaga kerja dalam jumlah banyak dapat mendatangkan tenaga kerja. Kedua cara ini akan mendatangkan keuntungan. Sebaliknya negara yang banyak memiliki modal dapat menjual/mengekspor/barang yang padat  modal atau mentransfer modal untuk memperoleh pendapatan di luar negeri. Output dunia akan naik dengan adanya realokasi faktor produksi dari negara yang nilai produk marjinalnya rendah ke negara yang nilai produk marjinalnya lebih tinggi, apakah melalui perdagangan barang atau transfer faktor produksi. Seperti pada perdagangan barang perpindahan faktor produksi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan antarnegara (factor price equalization).
Dalam kondisi tertentu, nilai produk marjinal (terutama modal) turun dengan tajam. Apabila hal ini tidak diatasi maka akan timbul masalah pembayaran pinjaman. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengundang investasi langsung dari luar negeri, misalnya perusahaan multinasional.




The more intense competition within the similar business as well as happened in the business of making sausages, especially in Denpasar city. PT. Aroma was one of the companies in Denpasar that produces sausages, corned beef, and nuggets. In an effort to attract consumers to buy sausages, companies pay attention to product quality, price, and promotion. The attitude of each consumer varies before buying and in buying products. Consumer considerations in buying the products that need to be considered by marketers, so that products that are marketed can be accepted and would be bought by the consumers. The linear regression line equation: Y = 0.1920 + 0.2145 X1 + 0.2592 X2 + 0.3828 X3 explains that there was a simultaneous positive influence between product quality, price, and promotion on the buying decision of sausage. The result of t-test of regression coefficient obtained t1-count was 3,3628, t2-count was 3,9879 and t3-count was 6,2641 bigger than t-table equal to 1,980 was in rejection region Ho, hence Ho rejected or Hi accepted. It meant it was true, that there was a positive influence simultaneously between the marketing mix and the consumer buying decision.




DAFTAR PUSTAKA
Dr.Soelistyo.TT.EKONOMI INTERNASIONAL.Yogyakarta:Luberty